Terbuka, Peluang Ekspor Batik ke Jepang

Sunday, May 9, 2010



Peluang pemasaran industri batik di luar negeri kini masih terbuka lebar, dengan syarat pengusaha bisa menjaga kualitas dan seni batik tulis yang mengikuti kemauan konsumen, kata perajin batik Cirebon.

"Pangsa pasar batik di luar negeri, seperti Jepang masih terbuka, asal kita bisa menjaga komitmen dengan konsumen," kata perajin batik Masnedi Masina kepada wartawan di Cirebon, Sabtu (29/8).

Masnedi, yang juta Sekretaris Koperasi Batik Trusmi Cirebon itu, menjelaskan ia sudah lama menjalin hubungan dengan konsumen di Jepang dalam memasarkan batik tulis khas Cirebon.

Menurut dia, konsumen Jepang tersebut sangat menghargai karya seni batik dan setiap tahun terus memesan sekitar 30 batik dengan harga di atas Rp 2 juta. "Orang jepang tersebut menanyakan kepada saya, berapa batik yang bisa dihasilkan setiap tahun? Saya jawab, tidak bisa ditarget karena membatik memiliki unsur seni," katanya.

Mendengar jawaban tersebut, konsumen Jepang itu menyampaikan kepuasannya, tambah Masnedi. Ia mengatakan peluang pasar batik di negeri Sakura tersebut masih terbuka luas.

Dalam perkembangannya, konsumen Jepang membawa foto yang harus diterakan dalam pembuatan batik. "Kalau sudah begitu kami tinggal memenuhi permintaan saja," katanya.

Ia mengatakan hingga kini ada enam pelanggan di Jepang yang setiap tahun memesan batik tulis Cirebon. "Kuncinya ialah melayani pelanggan luar negeri tersebut harus tepat waktu. Misal, mereka pesan 15 potong dalam enam bulan, jika hanya selesai 10 potong ia akan marah, jadi harus benar-benar selesai 15 potong," katanya.

Mengenai harga, konsumen Jepang sangat paham karena yang dibeli adalah karya seni batik, tambahnya pula. Karena itu, sekitar 95 persen batik tulis karya Masnedi dikirim ke Jepang. "Alhamdulillah, saya membatik sudah generasi ke tujuh dan kini delapan anak dan mantu sudah mewarisi cara-cara membatik yang berkualitas dan terus dikirim ke Jepang," katanya.

Cirebon, kompas.com

Batik Untuk Kartini

Wednesday, April 21, 2010

Indonesia seketika menjadi meriah ketika UNESCO secara resmi mengumumkan bahwa Batik Indonesia merupakan “Warisan Budaya Dunia”, tepatnya 2 Oktober 2009 yang lalu. Jalan-jalan di ibukota dan kota-kota besar lainnya diramaikan dengan kampanye penggunaan batik, diiringi dengan melonjaknya permintaan batik untuk pasar domestik. Saat keriuhan itu berlangsung, perajin-perajin batik di daerah khususnya Pekalongan sebagai salah satu sentra batik terbesar di Indonesia sudah kewalahan menerima banjir order khususnya dari Jakarta. Sebagian besar pengusaha adan perajin batik telah mengetahui berita ini sebelumnya, UNESCO telah melakukan riset ke daerah-daerah sentra industri batik sejak beberapa 2 tahun terakhir.

Hajah Halimah salah seorang pengusaha batik wanita di Pekalongan yang ditemui dirumahnya mengatakan, setidaknya ia bisa menjual 100 kodi (2000 potong) pakaian batik per hari sejak awal tahun ini. Rata-rata batik yang ia jual seharga lima ratus ribu rupiah per kodi, jadi omsetnya dalam satu hari berkisar lima puluh juta rupiah! Untuk skala industri rumah tangga angka tersebut sangat besar, dirumahnya di gang sempit ia menyimpan mobil mewah di halaman rumahnya. Gairah usaha yang begitu menggeliat setelah 2 oktober lalu bahkan sebagian pengusaha yang lain mengatakan bahwa penjualan jauh lebih tinggi dibandingkan ketika masa lebaran, yang menjadi indikasi kenaikan permintaan produknya.

Penjualan batik yang meningkat tajam tidak hanya terjadi di Pekalongan, beberapa daerah penghasil batik yang lain juga merasakan hal yang sama. Daerah penghasil batik yang bangkit kembali dalam penjualan batik antara lain, Pamekasan, Banyumas, Indramayu, Rembang, Cilacap dan mais banyak daerah lainnya. Dari pelaku usaha batik di daerah-daerah tersebut didominasi oleh kaum hawa, baik perajin bahkan pengusaha suksesnya banyak dari kalangan wanita. Batik Cilacap telah mengenal sosok Euis Rohaini sebagai pengusaha yang mampu mengerahkan perempuan-perempuan di desanya untuk merambah pasar ekspor, ia mengirim hingga 500 lembar setiap kali pesanana ke Inggris dan Korea dengan produk senilai jutaan rupiah. Di Rembang Jawa Tengah juga terdapat 12 orang ibu yang mendirikan kelompok usaha bersama, mereka sebelumnya pembatik yang telah memiliki keterampilan membatik turun menurun.

Maraknya Batik Indonesia hingga pasar ekspor oleh industri rumah tangga setidaknya telah membangkitkan gairah usaha di kalangan rakyat kecil daerah, termasuk diantaranya yang telanh mendulang kesuksesan pengusaha wanitanya. Paoman Kabupaten Indramayu yang juga dikenal sebagai daerah penghasil batik, kini juga menjadi salah satu penopang kebutuhan batik domestik maupun ekspor. Perempuan-perempuan di Paoman pada umumnya membatik untuk mengisi hari-harinya menanti suami yang berjuang sebagai nelayan, tradisi itu kini justru menghasilkan dan tak sedikit mampu menjadikannya nafkah utama keluarganya. Kini perempuan yang sebelumnya sebagai ibu rumah tangga, telah bergerak menjadi penopang perekonomian setidaknya di lingkungan keluarga.

Industri batik yang didominasi wanita telah menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia, dan mewarnai kebudayaan dunia dengan adanya pengakuan dari UNESCO. Nilai seni dan budaya yang diakui dunia juga bisa menjadi salah satu sektor penunjang perekonomian nasional, di saat industri tekstil yang terancam dengan keberlangsungan ACFTA. Keunggulan dalam citarasa seni dalam berbusana ini memang lekat dengan kepribadian wanita, yaitu identik dengan keindahan. Namun ternyata selain keindahan, perempuan-perempuan pegiat batik Indonesia juga menunjukkan kekuatannya dalam membangun bisnis yang prospektif dan berbudaya. Naomi Susilowati Setiono contohnya, pengusaha batik asal Lasem ini menggeluti usaha batik setelah sebelumnya berprofesi sebagai kernet bus.

Kekuatan wanita dalam membangun kerajaan bisnis telah diakui oleh dunia jauh sebelum Batik diakui dunia, Siti Khadijah istri nabi Muhammad SAW merupakan saudagar tersohor di jazirah arab. Di Arab Saudi menurut data yang bersumber dari pemerintahan Saudi, pengusaha wanita disana mengelola sekitar 20.000 perusahaan kelas menengah dan perusahaan kecil dengan nilai asset sekitar 60 milyar riyal Saudi. Peran wanita tidak lagi bisa dilihat dari satu sisi, ada peran yang begitu besar dalam menopang bangunan sebuah bangsa dalam hal ini perekonomian. Fenomena bisnis rumahan yang banyak digeluti ibu-ibu rumah tangga kini tak lagi sekedar aktivitas mengisi waktu, struktur ekonomi kita banyak ditopang oleh sektor UKM dan pengusaha wanita berkontribusi besar di dalamnya.

Batik seperti halnya produk seni dan budaya, memiliki unsur-unsur estetis dan filosofis. Pengusaha-pengusaha batik wanita Indonesia mempunyai kekuatan untuk membangun negeri ini, dan kita begitu membutuhkan pesona karyanya. Ketika keindahan berbaur dengan ketekunan dan kelembutan menyatu dengan keteguhan, maka kita melihat karya anak bangsa yang telah diakui dunia. Masih banyak potensi tersimpan pada diri wanita Indonesia, begitu juga dengan seni dan budaya bangsa kita. Andai saja pemerintah melihat potensi ini dan mendukungnya, kita tentu bisa bernafas lega melihat perempuan Indonesia berkarya di negeri sendiri. Permasalahan ketenagaakerjaan terutama pekerja migran wanita yang sering kali tak dimanusiakan di tanah asing, bisa diatasi dengan terbukanya peluang kerja domestik dan pasar batik yang mendunia.

Begras Satria

Pengusaha Batik Nusantara

Di Jawa Tengah

Belajar Menghadapi Kritik

Thursday, April 15, 2010

Anda dikritik? Hadapi itu. Tak peduli bagaimana baiknya Anda melaksanakan tugas-tugas dalam karier Anda, seseorang akan selalu mengkritik Anda. Semakin sukses Anda, maka akan lebih banyak lagi Anda menjadi suatu target kritik.

Tak seorangpun menyukai kualitas pekerjaan mereka diremehkan, atau ada suara yang mempertanyakan keputusan mereka atau integritas mereka ditantang.

Tapi ini adalah soal bagaimana Anda berhadapan dengan kritik yang menentukan kekuatan Anda dan seberapa besar jiwa Anda. Kita dapat belajar banyak dari bagaimana kesuksesan orang menangani kritik.

Memahami kritik

Kritik pada umumnya menghadirkan kesempatan untuk membuat kemajuan. Pasti, ada beberapa orang yang mengambil kesenangan dengan cara sadistis dalam kritik, tetapi kebanyakan kritik sebenarnya dimaksudkan untuk bersifat membangun. Melawan, membantah atau tidak merespeknya sebaiknya tidak dilakukan saat menerima kritik yang mungkin saja merupakan koreksi kecil untuk hal-hal besar.Kesediaan untuk menerima kritik membangun dan tindakan di atasnya mencerminkan suatu profesionalisme dan kedewasaan.

Tentukan sumber kritik.

Apakah kritik itu berasal dari seorang rekan kerja, bawahan, klien, atau atasan? Bisa juga adalah kecemburuan? Banyak para manajer senior merasa terancam oleh para profesional muda yang sedang meniti karir.

Seorang bawahan mungkin mengkritik Anda untuk memandu Anda menyoroti kemampuan dan pekerjaannya yang luar biasa. Semuanya dia lakukan agar menonjol dan bisa jadi ia merasa gelisah.

Kritik dari klien, pada disisi jarang berdasarkan pada kecemburuan dan mungkin sepertinya untuk produk tersamar atau keluhan atas layanan.

Berikan perhatian tertentu atas kritik dari karyawan Anda. Salah satu laporan langsung Anda mungkin menentukan apakah itu suatu pelecehan seksual atau bisa menjadi penuntutan perkara.

Memahami darimana kritik berasal adalah kunci untuk mengetahui bagaimana cara menangkal yang terbaik.

Kurang dari seminggu dalam pemilu California 2003, para pendukung lawan memukul aktor dan calon gubernur Arnold Schwarzenegger dengan kritik yang berpotensi menjegal karir. Aktor Terminator itu lalu mengatakan tuduhan pelecehan seksual itu tak terbukti dan meminta maaf. Menyarungkan pedang dan meminta maaf mampu meredam isu tersebut. Mengingkarinya malah akan menghembus nyala api lebih besar lagi seperti yang bisa kita pelajari dari skandal Bill Clinton.

Beberkan keluar jika itu kesalahan Anda

Letakkan ego Anda ke samping. Jika kritik berjasa, dengarkan umpan balik secara obyektif dan pasti Anda memahami itu. Prtimbangkanlah pilihan Anda untuk mengoreksi situasi atau memecahkan masalah itu. Ada banyak CEO sukses dan para pelaku bisnis di luar sana yang membuat kekeliruan dan menerima kritik, tetapi mereka membuktikan bahwa mereka bisa meletakkan ego mereka ke samping, menilai situasi, mengambil kepemilikan, dan kembali bahkan lebih kuat.

Tokoh real estate Donald Trump sering dikritik untuk kelebihannya yang cermelang. Walaupun investasinya secara drastis mengurangi kekayaan bersihnya, ia tidak mengijinkan kritik untuk menghancurkannya mengagumi diri sendiri.

Multi-milyuner Edgar Bronfman Jr., CEO Seagram Company Ltd., juga melewatkan kritik. Walaupun orang mengkritik dan mengejek keputusannya membeli Polygram/Mca dan Universal Pictures, divisi entertainment terbukti mendorong citra perusahaan nya, tetapi bukan garis dasarnya.

David Stern adalah satu contoh bagaimana tidak menangani kritik: Ia sedang disalahkan untuk penampilan lemah dari NBA tapi menolak untuk menerima umpan balik negatif.

Jangan mencari kambing hitam

Tidak usah bersikeras, menyalahkan orang lain atau mengingkari isu dengan harapan isu akan mengabur. Suatu penjelasan sering nampak seperti suatu pengingkaran atau alasan.

Bersikaplah profesional.

Mantan CEO General Electric Jack Welch hanya sementara pudar saat proses pensiunnya pada Juli 2003 dimana saat itu dinilai bonusnya sangat jauh diluar kebiasaan. Bukannya mencoba untuk membelokkan atau bersikeras atas kritik itu, Welch memutuskan mengundurkan diri meninggalkan semua keuntungan pensiunnya dan menyelamatkan reputasi profesionalnya.

Jangan lawan system

Orang cenderung untuk menembak pesuruh itu. Anda mungkin telah dikritik untuk sesuatu yang tidak berada dalam kendali Anda. Barangkali kebijakan perusahaan adalah target yang riil, atau melibatkan keseluruhan departemen dalam proyek. Jangan mengambilnya secara pribadi, hindari bersikeras dan hadapi apapun juga berada dalam kendali Anda.

Agen check-in pesawat tidak bertanggung jawab atas reaksi gugup karena keterlambatan terkait kondisi cuaca atau kegagalan mekanik, tetapi bagaimana mereka menangani kerumunan para penumpang yang marah memperoleh kembali kontrol dan menciptakan suatu kesan positif.

Saat publik berbalik melawan Microsoft karena memonopoli perangkat lunak pasar, Bill Gates mengambil tanggung jawab. Bukannya bersembunyikan di belakang perusahaan, ia minta maaf dan mengambil tindakan untuk memajukan citra Microsoft-- dan ketenaran dirinya malah meningkat.

Jika Anda berperan sebagai pemimpin, ambillah bola panas di tim Anda. Bertemu dengan staff Anda untuk mendiskusikan permasalahan secara obyektif dan menciptakan solusi bersama-sama. Kritik membangun bisa merupakan suatu hadiah. Semua tergantung sikap Anda ketika menerima kritik itu.

Terima keterbatasan

Apa yang ada diatas kepala Anda? Jika Anda sedang dikritik tetapi tidak bisa diubah, pindahlah ke strategi B. Barangkali orang lain perlu membuat presentasi jika Anda tak mampu berbicara didepan umum. Kenalilah bagaimana dan kapan untuk mendelegasikan.

Pendiri Yahoo! kebanyakan orang teknik, semua tanpa ketrampilan bisnis dan pengalaman untuk lihat gambaran yang lebih besar dan membuat perusahaan sukses. Mereka mengenali ini dan tidak membiarkan ego berdiri di jalan, mereka tahu kapan untuk menepi dan mendelegasikan tugas ke orang lain.

Komentar kritis dari suatu pribadi seringkali lebih sulit untuk diterima, tetapi orang sukses mengembangkan kemampuan untuk menolak atau membelokkan kritik yang bukan tentang kemampuan profesional mereka. Saat pewawancara menyebutkan merek dagang model rambut nya, Donald hanya tertawa.

Apa yang boleh dan tidak boleh Anda lakukan soal Kritik

Ø Dengarkan secara obyektif

Ø Tanyakan secara spesifik

Ø Cari pendapat kedua dan lakukan penelitian Anda

Ø Mintalah maaf, ambil alih kepemimpinan dan tanggungjawaby

Ø Perlihtakan Anda mengambil masukan sebagai bahan pertimbangan

Ø Lakukan tindakan koreksi

Ø Belajarlah soal itu

Ø Jangan abaikan kritik

Ø Jangan bersikeras, marah atau emosi

Ø Jangan habiskan waktu untuk mencari pembenaran

Ø Jangan bereaksi penuh emosi sebelum mempertimbangkan rencana aksi terbaik

Ø Jangan menyalahkan yang lainnya

Ø Jangan menolak bertanggung jawab

Ø Jangan memikirkan kesalahan

Bersikaplah jantan

Kritik dapat diakibatkan oleh kurang perasaan, pelanggaran nyata atau harapan yang tak mampu. Kritik dapat juga berasal dari kepicikan, kecemburuan dan "karena sindrom sedang tidak dalam kondisi baik' Kritik membangun hanya dapat berdampak pada Anda secara negatif jika Anda terus mencaci maki diri sendiri. Maka fokuslah pada kesuksesan Anda.

Kembangkan kulit badak dan siapkan untuk menerima kritik baik itu adil atau tidak. Bersikaplah obyektif, ambil tindakan dan biarkan hal itu berlalu. Selalu beri orang sedikit alasan untuk mengritik pada kesempatan pertama nantinya dan dimasa mendatang.

askmen/irene

Kapanlagi.com

Perspektif #1

Tuesday, January 26, 2010


Kamera : Nikon FM10
Diafragma : 8
Rana : 1/250

Lokasi :
Candi Sewu

Deskripsi :
Perspektif menghasilkan cara kita menelaah fenomena alam, dalam hal ini setiap kali ada yang "besar" pasti ditopang oleh para "kecil".

Potret Perantauan

Kamera : Yashica FX-3
Diafragma : 16
Rana : 1/100

Lokasi :
Stasiun Gambir Jakarta

Deskripsi :
Ibukota adalah daya tarik tersendiri bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama bagi pencari kerja. Dalam setiap satu kesempatan terselip satu ancaman, namun begitulah potret perantau yang menantang hidup untuk menaklukkan kehidupan.

Kenthongan Banyumas

Kamera : Nikon FM10
Diafragma : 8
Rana : 1/100

Lokasi :
Arena Festival Kenthongan Banyumas 2004

Deskripsi :
Sebuah ragam budaya bangsa yang menampilkan kekayaan khasanah seni dan falsafah kehidupan. Alunan irama kenthongan bertalun beriringan dengan harmoni gerakan nan mempesona, menandakan bahwa bangsa indonesia mengapresiasi keselarasan.

Globalisasi dan Kemiskinan

Globalisasi dan Kemiskinan

Kemiskinan bukan ekses globalisasi. Begitu Hernando de Soto, seorang pemikir ekonomi dunia asal Peru, menegaskan. Kemiskinan di dunia, katanya, bukanlah akibat ekses globalisasi dan kapitalisme.
Kemiskinan dan globalisasi memang sudah lama menjadi bahan perdebatan, bukan hanya di kalangan ekonom-ekonom dalam negeri, tapi juga dunia. Perdebatannya pun tak pernah jauh-jauh dari bagaimana dampak globalisasi terhadap kemiskinan; menekan kemiskinan atau justru memperbesar kemiskinan.
Sejak proses globalisasi mulai berlangsung, kondisi kehidupan di hampir semua negara terkesan meningkat, apalagi jika diukur dengan indikator-indikator lebih luas. Namun, seringkali pula peningkatan itu hanya ada dalam hitung-hitungan di atas kertas. Negara-negara maju dan kuat memang bisa meraih keuntungan, tapi tidak negara-negara berkembang dan miskin.
Pengalaman sudah membuktikan sejak proses globalisasi bergulir muncul pula isu-isu seperti perdagangan global yang tidak fair, juga sistem keuangan global yang labih yang menelorkan krisis. Dalam kondisi tersebut, negara-negara berkembang dan miskin berulang kali terjebak jeratan utang yang justru jadi beban. Belum lagi bermunculan rezim hak properti intelektual, yang malah menghabisi akses masyarakat miskin untuk mendapat obat-obatan dengan harga terjangkau.
Dalam proses globalisasi, seharusnya uang mengalir dari negara kaya ke negara miskin. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir, yang terjadi justru sebaliknya. Sementara negara-negara kaya memiliki kemampuan untuk menahan risiko fluktuasi kurs dan suku bunga, negara-negara berkembang dan miskin menanggung beban fluktuasi tadi.
Fakta-fakta tersebut jelas tidak menjadikan De Soto, juga kita, antiglobalisasi. Soto hanya menunjuk kemiskinan di negara berkembang dan miskin bukan karena globalisasi tapi karena pemerintah tak memberi kesempatan pada rakyatnya untuk masuk ekonomi pasar. Karenanya, pemerintah dianggap perlu memformalkan sektor informasl. Caranya dengan legalisasi usaha-usaha informal dan memberikan sertifikat atas lahan dan aset-aset sektor informal tadi. Soto mengusulkan agar penduduk, usaha informal, dan petani miskin diberi sertifikat sehingga bisa dengan mudah mendapat pinjaman modal perbankan, yang tak lain korporasi besar. Pemberian sertifikat itulah yang kemudian disebutnya sebagai kodifikasi hukum.
Gagasan boleh saja. Reformasi hukum, harus. Tapi, ingat juga siapa yang bakal dihadapi sektor informal –dengan bekal sertifikat dan pinjaman perbankan yang tak seberapa– setelah mendapat akses ekonomi pasar? Korporasi-korporasi besar mancanegara, bermodal besar, berjaringan kuat, dan telanjur mendapat akses jauh lebih besar lantaran pemerintah menandatangani pembukaan akses pasar alias globalisasi.
Petani miskin kita, dengan modal sertifikat dan pinjaman perbankan tak seberapa, setelah mendapat akses ekonomi pasar, ‘dipaksa’ menghadapi petani-petani negara maju bertameng subsidi dan proteksi pemerintah. Bukankah ketidakseimbang itu yang jadi sebab mandeknya perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)?
Kita memang tidak seharusnya antiglobalisasi. Kita juga perlu terus melakukan reformasi di bidang hukum, termasuk yang terkait perdagangan bebas dan pembukaan akses pasar. Tapi, kita perlu juga mewaspadai akibat globalisasi terhadap proses pemiskinan. Globalisasi mungkin tidak akan memiliki ekses pada kemiskinan, jika pemerintah tahu benar cara melindungi sektor informal domestik dalam keterbukaan akses pasar. Tanpa perlindungan itu, gagasan Soto boleh jadi hanya berarti bagi satu dua korporasi besar.

Republika, Selasa, 07 Nopember 2006