Momentum Kepahlawanan Soedirman

Thursday, July 3, 2008


Keteguhan hati Panglima Besar Jenderal Soedirman yang kita kenal tentu tak akan berbekas andai saja tak disertai pengorbanan dan ketulusan seluruh barisan pejuang dan rakyat pada masa itu. Hal ini menegaskan bahwa momentum yang hadir dalam kehidupan seorang Soedirman tidak berdiri sendiri, disana ada peran persatuan dan juga kebulatan tekad untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Kini situasi sudah jauh berubah. Tak ada lagi penjajahan sebab seluruh bangsa-bangsa di dunia ini sudah menjadi negara berdaulat dan kemerdekaaan sudah menjadi sebuah hal universal bagi seluruh negara di manapun itu.
Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana mengisi dan mempertahankan kemerdekaaan. Semangat kepahlawanan adalah kekuatan untuk hal itu. Penjajah memang tak lagi datang, tetapi bahwa model lain dari penjajahan itu sudah menjadi persoalan kita sejak lama.

Dari dalam diri kita sendiri, penjajah datang dalam bentuk kebuntuan cara berpikir. Persoalan besar kita adalah persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan politik serta apatisme yang kemudian menghasilkan perpecahan yang nyaris sempurna menghancurkan bangsa ini. Orientasi ke masa depan hampir tidak ada. Kita terbiasa hidup dalam kenyamanan kemapanan yang ada. Sebab kita adalah negeri yang amat terbiasa hidup dalam kenyamanan kehidupan yang semu. Sejak kita merdeka, memang negara ini tidak pernah membangkitkan semangat.

Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan. Namun terasa, peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat seremonial. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu. Tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Semangat kepahlawanan tidak hanya berhenti di euforia perenungannya saja dengan segala macam atribut nasionalisme-nya

Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang gagah berani? Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan? Bukankah Soedirman yang selalu kita kenang dan kita banggakan di kampus ini meneladankan sikap-sikap seperti diatas?

Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Negara tanpa pahlawan sama artinya negara tanpa kebanggaan. Pahlawan menjadi penting karena ia memberi inspirasi. Inspirasi untuk selalu memperbaiki kondisi negeri. Inspirasi agar bangsa ini terus bangkit.

Setiap generasi memang memiliki persoalan dan tantangannya sendiri. Dulu, musuh utama bangsa ini adalah penjajah. Heroisme untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan pun menjadi pekik yang tidak pernah berhenti disuarakan. Kini, siapa yang layak menjadi musuh bangsa ini? Ada begitu banyak varian permasalahan yang muncul karena sikap egois, begitu besar kemungkinan ego gerakan dalam perjuangan mahasiswa menjadi hambatan bagi kita untuk memberikan kontribusi bagi negeri dan umat manusia.

Sudah saatnyalah mahasiswa sebagai figur calon pemimpin negeri ini berhenti berbicara mengenai diri dan mereka saja. Harus jujur kita akui bahwa fondasi semangat negeri ini sudah sangat rapuh, yang ada adalah disharmoni, perebutan dan intrik politik yang kontraproduktif. Tentu saja kita tidak bisa untuk sekedar menanti munculnya pahlawan baru dalam barisan perjuangan mahasiswa, tapi kita meski melahirkan momentum kepahlawanan bagi diri kita. Dengan teladan Jenderal Soedirman yang bersahaja, teguh hati, dan rela berkorban maka kita akan menyaksikan dalam episode sejarah perjuangan mahasiswa sebagai optimisme kebangkitan bangsa untuk melahirkan Soedirman-Soedirman yang baru.


Begras Satria

Presiden BEM KBM Unsoed

2 komentar:

ikoholic said...

kawan....

untuk mengangkat Soedirman sebagai tokoh dalam tulisanmu... aku apresiasi itu....


tapi Soedirman dan Momentum adalah sesuatu yang berbeda...


benar dia adalah pahlawan...
NO DOUBT ABOUT THAT...


but let me tell u something;

Soedirman tidak mampu menciptakan momentum bersejarah..

dia hanya menginspirasi

dan buatku; itu tidak cukup


Soeharto bukan pahlawan

tapi ia lebih dari sekedar cerdas untuk menyiapkan momentum

dan

meledakkannya di waktu yang tepat...





maka..

yang ideal adalah;


Daya juang Soedirman dan Briliannya Soeharto....


maka momentum kepahlawanan akan lahir dan meledak di waktu yang tepat.....





"hidup adalah tentang strategi untuk bertahan..."


salam....

Bang Begs said...

jangan lupa kawan, sebenarnya dalam kesederhanaan soedirman ada sesuatu yang sungguh lebih briliant daripada strategi soerang soeharto... dia memang tidak menciptakan momentum tapi dia mengnivestasikan sebuah perjuangan bergerilya untuk kemudian menjadi manifestasi kemerdekaan. bagaimanapun juga soedirman dia memiliki mementum kepahlawanannya sendiri, meski dalam perspektif berbeda dia tidak begitu briliant, tapi gerilya tanpa luasnya cakrawala berpikir dan kematangan bertindak tidak akan menghasilkan perlawanan..tidak harus berbuah kejayaan, tapi menghidupkan kemenangan.

thanks.