Saatnya Membangun Manusia Indonesia

Tuesday, August 25, 2009

Saatnya Membangun Manusia Indonesia

Selalu kita berada dalam garis pesimistis setiap memulai bicara soal kualitas manusia Indonesia. Seolah bangsa ini sudah tidak bisa lagi digerakkan untuk maju bertumbuh menjawab berbagai tantangan masa depan dalam dunia global ini.
Terlebih lagi ketika hampir seluruh prestasi yang dulu pernah kita raih semuanya meluruh. Zaman baru, yang kita sebut sebagai era demokrasi itu, seperti jalan terjal untuk menuju perbaikan kualitas bangsa. Demokrasi yang membutuhkan modal manusia-manusia terdidik, mandiri, dan sadar hukum itu masih menjadi sesuatu yang dibayangkan. Belum menjadi suatu kenyataan.
Namun, pilihan demokrasi tak harus menjadi tererosi. Sekurang-kurangnya, kini politik dan informasi menjadi lebih terbuka. Para petinggi dan bangsa ini telah terbiasa menerima kritik tanpa selubung tirai. Hubungan eksekutif, legislatif, dan yudikatif juga lebih punya dinamika. Meskipun khusus eksekutif-legislatif kadang kerap menjengkelkan.
Memang, selalu jika kita bicara indeks pembangunan manusia, kita menjadi sesak dada. Indeks itu diukur dengan mempertimbangkan empat faktor, yakni usia harapan hidup, tingkat melek huruf, tingkat partisipasi pendidikan, dan pendapatan per kapita. Dan kita sering berada di posisi belakang.
Tahun ini indeks pembangunan manusia Indonesia berada di posisi 108 dari 177 negara. Bandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara. Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina di urutan 23, 34, 61, 74, dan 84. Kita menjadi sesak dada karena lebih awal memulainya.
Harus jujur kita katakan dalam membangun kualitas manusia bangsa ini memang tidak punya komitmen jelas. Namun, ini belum kiamat. Sekarang kita harus memulainya. Sekaranglah saatnya kita mulai bicara membangun sumber daya manusia dengan harapan. Sebagai peneguh spirit, sekurang-kurangnya potensi-potensi individu kita di banyak bidang tidak mengecewakan.
Kita punya banyak anak bangsa yang berjaya di ajang Olimpiade Fisika. Kita punya banyak nama dari berbagai bidang yang berjaya kelas dunia. Namun, memang menjadi merapuh jika bicara kekuatan bangsa secara kolektif.
Sebuah bangsa memang bisa mengalami pasang surut. Namun, yang terpenting kita harus punya elan vital yang berlipat untuk selalu bangkit setiap kali kita jatuh. Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand pernah mengalami krisis moneter bersamaan dengan kita. Namun, negara-negara itu punya kemampuan untuk bangkit dan bahkan melesat.
Karena itu, di tengah berbagai upaya jangka pendek mengatasi problem ekonomi, kita tak boleh lupa untuk capaian-capaian jangka panjang dalam bidang pendidikan. Pendidikan kita harus benar-benar dibangun dengan visi dan orientasi menghasilkan manusia Indonesia unggul yang bisa memenuhi tuntutan global.
Karena itu, bidang pendidikan dari waktu ke waktu haruslah diisi orang-orang terbaik bangsa. Terlebih lagi karena pendidikan sebagai bagian dari pembentukan karakter dan bangsa. Departemen Pendidikan haruslah menjadi yang terdepan dalam hal apa pun. Sekadar contoh, harus terdepan dalam kualitas pelayanan, disiplin anggaran, dan keteladanan moral.
Dengan contoh seperti itu, publik akan percaya bahwa dunia pendidikan memang masih punya harapan untuk menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas. Manusia yang siap bersaing di dunia global tanpa punya rasa rendah diri.
Media Indonesia, Minggu, 19 November 2006

0 komentar: